Warisan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia warisan diartikan sebagai yang diwariskan, seperti harta, nama baik, harta pusaka. Pastilah sobat semua tahu apa warisan itu meski di awal saya tidak memberikan pengertiannya menurut kamus. Dunia ini sudah berumur, dan penghuninya tentu bukan hanya generasi yang ada saat ini saja. Seringkali, leluhur atau orang terdahulu memukau kita yang hidup saat ini dengan beragam peninggalan mereka - sebut saja warisan mereka.

Warisan ini banyak sekali dan memang, banyak pula dari warisan itu yang ternyata kita di zaman yang serba modern ini, tidak bisa membuatnya - bahkan sekali terpikir pun tidak. Contohnya, nun jauh di sana dan di zaman itu, mengapa Fir'aun capek-capek menyuruh rakyatnya untuk membangun makam yang begitu megah berbentuk piramid. Dan ternyata dia melakukannya dan warisan itu masih bisa kita saksikan hingga saat ini - paling tidak lewat poster dan gambar-gambar, karena ongkos ke mesir lumayan merogoh kocek.


Paling dekat di Indonesia, ada dua peninggalan era Hindu Budha yang terkenal. Tentu, Candi Prambanan dan Candi (stupa) Borobudur yang masih kokoh hingga kini meski pernah terserang bom dan terkena bencana alam. Apa generasi selanjutnya ikut membangun warisan yang serupa? Tidak. Hanya ada 1 Borobudur dan hanya ada 1 Prambanan. Pun dengan candi-candi berukuran lebih kecil yang ada di sekitarnya.

Agak jauh lagi, Angkor Wat, Kamboja. Bangunan itu menurut sumber wikipedia (yang tidak bisa dijadikan daftar pustaka skripsi) merupakan sebuah kuil atau candi yang terletak di kota Angkor, Kamboja. Kuil tersebut dibangun oleh seorang raja bernama Suryawarman II. Pembangunannya memerlukan waktu 30 tahun, candi itu sendiri dikerjakan pada pertengahan abad ke-12. Adakah lagi Angkor Wat lainnya? Tidak. Kenapa dibangun? Saya juga tidak tahu. Dan masih banyak lagi warisan-warisan leluhur yang penuh dengan misteri. Siapa insinyurnya juga masih menjadi pertanyaan.

Kembali lagi ke Indonesia, ketika saya berkesempatan berkeliling Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, di sela-sela kegiatan pembuatan film Keramba Jaring Apung (KJA) HDPE Aquatec yang bisa sobat saksikan di sini. Saya akhirnya bisa menyaksikan salah satu warisan yang dijaga oleh masyarakat Bukittinggi, tentu itu adalah Jam Gadang. Sekilas mungkin bagi yang tidak menyukai sejarah jam ini adalah jam biasa yang senilai dengan jam dinding atau justru menurut mereka lebih mahal arloji bermerek ketimbang jam ini.

Menurut catatan sejarah - lagi-lagi saya menukil dari wikipedia, Jam Gadang merupakan menara jam yang berada di jantung kota Bukittinggi. Bukan hanya saru sisi saja yang ada "jam"nya, melainkan empat sisinya ada jam yang berukuran besar. Karena ukuran yang besar, menara jam itu pun mendapatkan julukan Jam Gadang yang berarti Jam Besar (Gadang = Besar). Baca selengkapnya di sini.

Warisan turun temurun yang terawat apik di jantung Bukittinggi

Memang, sejatinya jika merujuk pada sejarah, menara jam itu dibuat dengan dana Belanda yang katanya 3.000 gulden. Insyinyurnya dari negeri sendiri (mungkin, karena saya belum baca lengkapnya). Bisa dibilang, mungkin sebenarnya itu bukan warisan untuk kita. Tapi bisa jadi Jam Gadang punya nilai tersendiri bagi masyarakat Bukittinggi. Uniknya, atap Jam Gadang dirubah tiga kali dan yang terakhir adalah atap berbentuk gonjong khas minang.

Mungkin, dulu keluarga Rook Maker ingin membawa serta jam itu, tapi karena ukurannya yang besar jadi dia pun mengurungkan niatnya. Atau, dia lebih dulu mangkat dan anak cucunya enggan untuk mengurusnya. Apa pun kemungkinan itu, menara itu kini dirawat oleh Rakyat Indonesia, sebagai pengingat, bahwa penjajah pernah singgah dan kami sudah mengusir mereka, mengganti identitas mereka dengan warna kami. (Re)


Popular Posts