Sebuah Guratan Keluhan Sarat Omong Kosong


Ini adalah sebuah guratan-keluhan syarat “omong kosong”. Tak layak dipikirkan bersama pacar terlebih dibahas bersama pemimpin negara sesambil menyeruput secangkir kopi-jos, yang konon menyehatkan badan. Layaknya rokok yang tak menyehatkan yang asbabnya konon dikarenakan kelebihan dosis, “dulu rokok itu untuk obat lho” gumam mantan pak Kades Pengasih yang cucunya sekarang pun telah menjadi mantan Kades, yaaa sudah jatuh tempo gumaman tersebut. “Namun tak ada obat yang diminum sehari bisa sampai 12 kali”, begitu penjelasan Dokter Spesialis Kejiwaan dan Kelamin yang memisalkan dosis rokok per hari yang disantap para penikmatnya. Celotehan tersebut tergema Garing, namun syarat fakta. Ya kan? Po ra?

Kembali ke permasalahan keluhan yang dirasakan manusia terkucil ini. Sebagai pembukaan, mari kita kenang pepatah Arab bahola berikut, “Utlubil ngilma kana bisiin“ begitulah bunyinya kata imam Mushola Al-Hidayah dengan logat kental campuran Kebumen – Jogjanya. Pepatah tersebut katanya berarti “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China” dan dipatenkan pada tahun 600an Masehi.
Ya China, jika kita manusia berkurikulum 1994 dan masih berpegang teguh pada Kitab Al-RPUL (Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap) maka diketahui bahwa China merupakan bangsa yang “Cerdas”. Contohnya, mereka menemukan kertas pada 100an Masehi, dan menjadi produsen kertas terbesar sampai tahun 700an Masehi. Berkat kertas tersebut, terjadilah “keterpelajaran serentak” di China. Karena ilmu mudah, dan murah disebarkan, yang sebelumnya butuh kulit hewan atau minimal dedaunan untuk menulis dan menyebarkan tulisan, yang tentunya repot, mahal, dan cukup memalaskan. Juga berkat kertas, China menjadi negara yang kaya, dijualnya kertas ke daerah Arab dan Eropa melalui jalur Sutra, yaa Sutra, bukan Fiesta. Uniknya, ilmu pembuatan kertas tidak terbocorkan selama hampir 700 tahun! Contoh lain, mesiu, bubuk hitam ini adalah hasil malpraktek Tabib kerajaan dalam rangka menciptakan pil keabadian, hasil kreasinya dengan bubuk belerang dan kalium nitrat tersebut mudah terbakar. Hasilnya bukan pil keabadian yang didapat, justru pihak militer yang bersorak kegirangan. Kejadian ini terjadi pada tahun 900an Masehi. Resep ini pun baru dapat ditiru pihak lain (Arab dan Eropa) pada tahun 1300an, Ya, butuh waktu 400 tahun! Itulah dua gelintir contoh kecerdasan bangsa China yang membuat bangsa Arab , waktu itu meng”kiblat”kan ilmu pengetahuan ke sana.

“Begal, koruptor, dan Malin Kundang adalah bedebah, bukanlah negara Arab jikalau tak suka berpepatah”, kurang lebihnya begitulah pantun gubahan Mas Ngadio, juragan Cilok yang menguasai pasar perdagangan jajanan di seantero SD Pengasih 1. Mas Ngadio adalah pedagang Cilok jujur yang menggunakan kacang tanah dan lombok terbaik untuk saos Ciloknya, dan beliau adalah manusia aktivis lingkungan, dibuktikan dengan rajin memungut tusuk bekas Cilok yang dibuang sembarangan maupun tidak sembarangan dan me-reuse-nya! Salut! Mas Ngadio kamu deserve menjadi camat Pengasih!! Two thumbs up, one stiff pale straight dick for U, yea!!

Kembali lagi ke pepatah Arab. Ada satu yang mengena di hati dan terpaku di pikiran penulis, yakni “Ngadu ngadui huwa sodiki” masih ucap imam moshola yang sama. Artinya katanya begini, “musuhnya musuhku adalah temanku”, nah lhoo!! Mak jleb kan? Jeru to? Po ra? Hambuh.

Siaran (saya) ulangi ok, “musuhnya musuhku adalah temanku” atau dapat diartikan “temannya musuhmu adalah musuhmu”, atau dapat diartikan “carilah teman yang bukan teman musuhmu”, bisa juga “temanmu yang juga teman musuhmu patut diinvestigasi”, berbeda artinya dengan “angkringan langganan musuhmu patut dibinasakan”, beda.

Kenali siapa musuh, siapa temanmu

Sedikit logika cetek, ada seorang bernama Kaji, mencuri satu truk USB berkapasitas 128 MB bermerek Kingston, dan diganti dengan satu truk USB berkapasitas 32 MB, itu pun bermerek Kingston. Sialnya, dia tidak berhasil dibukti kan sebagai penyamun. Nah, pak Kaji punya teman-teman kentel. Kira-kira layak tidak jika teman-teman pak kaji kita curigai bersifat serupa walau tak sama dengan pak Kaji? Jika ada orang sedusun yang tiba-tiba memuji Pak Kaji, meninggikan, mengelukan, bahkan sampai menyulutkan rokok pak Kaji, jika kita tera orang tersebut, apa saja kemungkinannya? Orang kurang berakal? Mungkin. Orang butuh “tangan” pak Kaji sang Penyamun? Mungkin. Atau seorang pemaaf yang tulus? Ah ya begitulah.

Sebagai penutup. Pertama, Anda hebat jika betah membaca tulisan “sampah” ini! Kedua, anggaplah serius tulisan “omong kosong ini”, karna sekarang jamannya yang “kosong” lah yang diperhatikan. Ketiga Mas Ngadio dan lainnya hanyalah fiktif belaka!

Terakhir, “Berfikirlah! Karena dengan berfikir kita `ada`!”, nyinyir Mas Descartes penjual peyek kacang di seberang kali Serang Dusun Pengasih Kulon Progo.

Oleh   : Dwi Ahmad Priyadi
Editor : (Re)

Popular Posts