Primus-ku, Warisan Bapak

 

Ketiga Astrea Prima berjajar manis di halaman. photo by : hewid

 

Tiga motor Honda Astrea Prima ini semua dibeli oleh bapak yang demen banget koleksi barang tua berkualitas bagus. Tetapi kendati yang beli bapak, semasa bapak-ibu masih ‘sugeng’, motor-motor tersebut punya status kepemilikan beda-beda. Yang pertama, yang paling bagus disebut milik bapak, kemudian yang sayapnya hitam diaku milik ibu, dan yang terakhir disematkan sebagai milikku karena aku pulangnya masih ke rumah bapak sekalipun waktu itu masih mondar-mandir Jakarta-Jogja. Jadi untuk mobilitas keperluan pribadiku, keperluan ngopeni rumah, keperluan membantu bapak-ibu, dan keperluan lain-lainnya, maka motor ini siap sedia mengantarku kemana saja.

Kini, sepeninggal ibu yang wafat 2014 dan bapak 2015, status kepemilikan motor-motor itupun sebagian bergeser. Yang punya bapak kini sudah pindah ke rumah mbakku, dan yang punya swargi ibu telah ganti status milik masku. Sementara yang punyaku, tak berubah tetap jadi kesayanganku.

Primus ku, begitu ia kunamai. Kurawat dia meski aku tahu level ketelatenanku merawat jauh di bawah standar bapak yang paling juara dalam soal ngopeni barang. Tapi secara periodik kuantar dia kontrol ke bengkel menjalani terapi servis, ganti oli, atau pengobatan lainnya dan ganti suku cadang bila diperlukan. Kumandikan kala kotor, meski tak jarang pula bila sedang ribet nekat juga kutumpangi doi dalam keadaan dekil.

Birrul walidain. Ada istilah itu dalam ajaran Islam yang secara luas bermakna berbakti pada orang tua. Dan untuk yang orang tuanya sudah meninggal, selain menyelesaikan urusan hutang-piutang, menunaikan wasiat, terus mendo’akan serta bersedekah atas nama mereka, yang juga masuk dalam cabang ajaran ini adalah meneruskan kebiasaan yang baik dari orang tua atau melanjutkan apa-apa yang sering dilakukan dan disukai sepanjang tak melanggar syariat. Semisal kebiasaan silaturahim, kebiasaan bersih-bersih, kebiasaan menanam, dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya. Termasuk kesukaan ngopeni barang dengan baik. Semoga Allah perkenankan apa yang aku teruskan dari bapak ini berbuah pahala, bukan amalan sia-sia. Dan semoga Allah merahmati ibu dan bapak, dilapangkan dan diterangkan kubur keduanya. Allahumaghfirlahuma warhamhuma wa ‘aafihi wa’fu ‘anhuma. Aamiin yaa Mujiib. (hewid)

Comments

Popular Posts