Puncak

Satu kata "puncak". Ia memiliki banyak makna dan arti juga persepsi. Dikatakan titik tertinggi dari sebuah kurva normal, tak salah. Dikatakan sebuah klimaks dari sebuah kisah, pun tak salah. Tapi secara umum, makna dari puncak adalah suatu titik paling tinggi dari suatu tempat.

Lantas, apakah puncak begitu penting? Sebenarnya, banyak hal yang ada di​ dunia ini memiliki puncak. Gunung, jelas terlihat puncaknya. Bukit juga punya puncak. Ternak? Ada puncak produksinya​. Karier? Ada. Barangkali kewarasan juga ada puncaknya.

Kalau sudah tau ada puncaknya, apakah wajib bagi kita untuk memuncakinya? Terserah saja. Ayam pun kadang gagal mencapai puncak produksinya karena mungkin di tengah periode ia terkena penyakit.

Lantas, jika kita sedang mendaki sebuah gunung apakah sebuah kewajiban pula untuk mencapai puncaknya? Jawabannya lagi-lagi kita yang tahu. Beberapa kali, saya dan rekan mendaki gunung tetapi tidak sampai puncak gunung tersebut. Apakah saya rugi? Tidak juga. Atau apakah saya lemah? Tidak juga.

Karena bagi saya saat itu, kami memiliki puncak yang berbeda. Ada mereka yang memang ingin ke puncak gunung itu, ada pula yang hanya ingin pindah turu saja. Nah, saya adalah golongan yang kedua. Ketika itu tidak ada niatan sama sekali bagi saya untuk mendaki hingga puncak gunung. Karena itu tadi, saya hanya ingin pindah turu saja. Ya, hitung-hitung jadi bascamper-lah. Agar teman-teman yang menuju puncak dapat meninggalkan barang bawaan mereka dengan aman dan ke puncak dengan beban yang ringan.
Para pendaki beristirahat sebelum melakukan perjalanan ke puncak Merapi (Foto: Re)

Saat itu, kami mendaki Merapi via selo. Itu pengalaman saya mendaki Merapi lewat New selo. Sebelumnya kami pernah mendaki hingga puncak melalui jalur Selo. 2009 lalu sebelum erupsi Merapi saya juga sempat mendaki Merapi dari jalur selatan via Kinah Rejo jalur lama namun hanya mentok sampai batas vegetasi saja. (Jika ada yang keliru harap maklum, saya agak lupa nama-nama jalurnya).

Memang, tantangan dari tiap-tiap jalur berbeda, ditambah saya yang jarang olahraga jadinya, rute ini - meski tidak panjang - cukup menguras stamina saya. Saya sendiri lupa berapa pastinya orang dalam rombongan kami. Karena perjalanan ini dilakukan sudah cukup lama. Kira-kira pada 2013 atau 2014 lalu.

Agenda ke Merapi, bisa dibilang merupakan agenda dadakan karena ingin lepas sejenak dari rutinitas kerja sehari-hari. Dan pastinya lelah dengan dering HP yang terus menerus, kalau di gunung kan bisa dipastikan minim sinyal. Itulah, kenapa puncak Merapi kala itu tidak terlalu penting bagi saya.

Sejatinya yang saya cari adalah sensasi mendaki itu sendiri, bertemu dengan pendaki lain. Dan akhirnya, memiliki sebuah cerita pendakian yang dapat diceritakan ke pembaca, saudara, anak dan cucu kelak. Setiap pendakian pasti memiliki kisahnya sendiri. (Re)

Comments

  1. Review of the Borgata Hotel Casino & Spa in Atlantic City
    A detailed review of Borgata Hotel Casino & luckyclub.live Spa and its various amenities including a casino, a seasonal outdoor swimming pool and spa,

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts